Kamis, 21 Mei 2009

Calender



Selasa, 19 Mei 2009

Piala Presiden RI. II 2009

KEJURNAS 13 TARUNG DERAJAT PIALA PRESIDEN RI. II TAHUN 2009
KONTINGEN PROVINSI BANTEN MEMPEROLEH MEDALI PERAK


Dalam situasi dan kondisi yang kurang menguntungkan bagi insan olahraga pecinta dan penekun ilmu bela diri tarung derajat banten dikarenakan tidak adanya keaktifan dari kepengurusan yang sudah terbentuk, tapi itu semua tidak mematahkan semangatnya dalam menempuh proses untuk meraih prestasi dan mengibarkan bendera banten dalam kancah keolahragaan nasional.

Terbukti pada Kejurnas 13 Tarung Derajat Piala Presiden RI. II Tahun 2009 yang diselenggarakan di GOR Padjadjaran Bandung para pecinta dan penekun ilmu bela diri Tarung Derajat Banten mengirimkan atlit 7 Petarung Putra dan 2 Petarung Putri dengan hasil 2 Medali Perak yang diperoleh dari Petarung Putra 1 Medali dan Petarung Putri 1 Medali.

KODRAT Pengurus Provinsi Banten masa bhakti 2009 - 2013 yang baru terpilih Ketua Umumnya yaitu Drs. H. Agus Suryana, MSi. dan belum tersusun susunan personalianya ini menyatakan kesiapan dan dukungannya dalam mengembangkan olahraga Tarung Derajat di Provinsi Banten.

Terbukti pada Kejurnas 13 Tarung Derajat Piala Presiden RI. II Tahun 2009 memfasilitasi para pecinta dan penekun ilmu bela diri Tarung Derajat mengirimkan kontingen Banten dan berhasil menorehkan prestasi dan mengangkat nama provinsi banten pada event keolahragaan nasional.

Semoga kedepan kepengurusan serta para pecinta dan penekun ilmu bela diri Tarung Derajat Banten semakin erat dalam ikatan silaturahmi kekeluargaan dan kebersamaan dalam menumbuh kembangkan olahraga bela diri Tarung Derajat Banten hingga diperhitungkan dalam event nasional sebagai salah satu daerah pencetak pelatih dan atlit handal. Amin.

Selasa, 12 Mei 2009

PON XVII 2008 Kaltim

PON XVII 2008 Kalimatan Timur.

Trining center (TC) kontingen Tarung Derajat Provinsi Banten PON XVII 2008 Kaltim, berjalan tanpa dukungan baik dari pengurus maupun KONI Provinsi Banten, bukan karena KONI Provinsi tidak mendukung tapi karena perbuatan oknum yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab apalagi dengan sengaja memalsukan Atlit untuk kepetingan sesaat, dengan kata lain membinasakan prestasi atlit bukan membina prestasi atlit.

Cukup sekali pengalaman pahit dan memalukan bagi keluarga besar AABOXER Banten terjadi, untuk selanjutnya jangan pernah terulang walau hanya sekedar berangan-angan, karena dengan berangan-angan sama halnya membuka pintu bisikan syetan untuk mewujudkan dalan tindakkan nyata.

Keberangkatan Kontingen Tarung Derajat Provinsi Banten pada PON XVII 2008 Kaltim, yang diselenggarakan di GOR Patra Balikpapan dengan menampilkan Atlit semata wayangnya dan kehadiran pelatihnya tanpa didampingi pengurus, berlaga tanpa supporter namun kepulangannya mempersembahkan medali untuk daerah asalnya... Dalam kondisi sedemikian kontingen provinsi banten mampu menyumbang medali perunggu tidak menutup kemungkinan bisa nyumbang medali emas untuk provinsi banten apabila mendapat dukungan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan dunia olahraga khususnya di provinsi banten.


PON adalah agenda empat tahunan acara puncak prestasi dan prestise bagi seluruh insan olahraga dan daerah di Indonesia, Atlit berprestasi merupakan tolok ukur penguasaan dan kemampuan dalam berlatih melalui proses latihan dengan kesungguhan dan keuletan, Pelatih yang menghasilkan Atlit berprestasi merupakan tolok ukur dalam proses transfer ilmu teknik-taktik dan strategi, Pengurus yang menghasilkan Atlit berprestasi merupakan tolok ukur dalam memfasilitasi dan memotifasi organisasi yang diurusnya dan Pemerintah daerah yang menghasilkan Atlit berprestasi adalah tolok ukur keberhasilan daerah dalam membina masyarakat sesuai dengan selogan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.


Apabila antara Atlit, Pelatih, Pengurus dan Pemerintah daerah sinergi dan fokus menjalankan proses pembinaan secara berkesinambungan niscaya keberhasilan pencapaian prestasi dan prestise yang GEMILANG akan teraih, yang berdampak pada kebanggaan dan peningkatan sumber daya manusia daerah. semua itu diperlukan semangat kebersamaan dan kekeluargaan dengan berfikir senantiasa positif tanpa mengurangi kewaspadaan dalam menentukan kebijakkan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan. Maju terus Tarung Derajat Banten songsong prestasi lebih baik dari sebelumnya...

Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diharapkan dan berhati-hatilah beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan.

Prinsip GERAK dan JURUS

SENYAWA GERAK,
BERTAHAN-MENYERANG-MEMATIKAN

Gerak dan jurus yang terdapat dalam seni olah raga beladiri Tarung Derajat merupakan pengembangan dari potensi yang dimiliki manusia, karena manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling sempurna.

Dasar dari gerakan dan jurus Tarung Derajat adalah refleks/naluri/insting, yang terkristalisasi melalui pengalaman. Refleks dan pengulangan, refleks bersenyawa dengan kreatifitas kemudian melalui proses terlatih, yaitu latihan dan latih tanding. Sesuai dengan latar belakang penciptaan, seluruh gerak dan jurus dalam Tarung Derajat terbentuk dalam kaidah praktis, efektif, realistis dan rasional.

Dalam pengembangan jurus, Tarung Derajat membentuk seluruh tubuh menjadi senjata, dan segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitarnya adalah juga senjata. Semua ini membentuk Tarung Derajat menjadi suatu seni keperkasaan diri reaksi cepat yang mempelajari dan melatih teknik, taktik dan strategi pergerakan tangan, kaki, kepala, serta anggota tubuh lainnya secara praktis dan efektif dalam pola dan bentuk latihan bertahan-menyerang, dengan kemampuan otot, otak dan nurani. Lima unsur daya gerak khas dalam Tarung Derajat yaitu Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian, dan Keuletan.

Seluruh gerakan merupakan senyawa teknik bertahan-menyerang-mematikan. Setiap gerakan dan jurus Tarung Derajat merupakan senyawa gerak reaksi dari suatu aksi. Posisi pertama atau posisi dasar adalah pertahanan dan ketahanan diri. Posisi bukan pertahanan pasif, tetapi sekaligus merupakan posisi dasar menyerang.

TANGAN DAN PUKULAN

Dalam Tarung Derajat mengenal enam jenis pukulan, yaitu:
- Pukulan lurus {1x, 2x dan 3x};
- Pukulan gibas {dalam, luar, atas dan bawah};
- Pukulan sikut {samping, atas dan bawah}
- Pukulan sentak {atas dan bawah};
- Pukulan cepat {tunggal, double dan beruntun}
- Pukulan lingkar {dalam, luar, atas dan bawah}
Masing-masing pukulan memiliki karakteristik yang berlainan, dari segi gerak maupun efeknya.

Dalam melakukan teknik pukulan, terdapat lima gerakan utama, yaitu:
- Membentuk kepalan;
- Rapat lengan bawah dengan lengan atas;
- Meluruskan lengan;
- Menarik lengan; dan
- Kembali ke posisi awal.
Masing-masing gerakan memiliki efek masing-masing yang akan menentukan evektifitas pukulan.

Dengan uraian gerakkan membentuk kepalan adalah merapatkan jari-jemari hingga tidak ada rongga udara didalamnya gerakan, merapatkan lengan atas dengan lengan bawah membidik titik sasaran. Garis lurus yg terbentuk dari pangkal lengan ke kepalan akan menunjuk ke arah titik sasaran yang diincar. Gerakan mengayun dan hentakkan bahu saat meluruskan lengan memberikan kekuatan [power] awal pukulan yang bersenyawa dengan gerakan berikutnya. Gerakan meluruskan lengan yang baik manakala lengan bawa dan lengan atas dalam keadaan rapat dan bahu memberi efek lecutan dan jangkauan saat titik kena menyentuh titik sasaran.

Efektifitas dari pukulan merupakan senyawa dari kekuatan [hentakkan], kecepatan [lecutan], dan ketepatan [ke titik sasaran]. Dua gerakan terakhir, menarik lengan dan kembali pada posisi siaga di lakukan untuk melakukan serangan susulan atau antisipasi gerakan lawan. Seperti telah di sebutkan di atas, karena ketepatan pukulan di tentukan oleh ''bidikan lengan'', garis yang di bentuk dari pangkal lengan dan kepalan harus benar-benar mengarah ke titik sasaran. misalnya titik sasaran pada wajah adalah titk antara dua mata, mata, hidung, dagu, telinga, dan leher.

Bentuk titik sasaran yang ada disesuaikan dengan titik kena. Ujung kepalan tangan yang memiliki titik kena yang memanjang cocok digunakan untuk titik sasaran serupa, misalnya pada mata, hidung, pelipis, telinga dan rahang Untuk mencapai titik sasaran pada muka yang relatif lebih sulit, diperlukan latihan yang baik dan benar.

KAKI DAN TENDANGAN

Dalam Tarung Derajat dikenal lima jenis tendangan, yaitu:
- Tendangan lurus;
- Tendangan samping;
- Tendangan belakang;
- Tendangan lingkar {dalam, luar dan belakang};
- Tandangan kait {depan dan belakang}
Masing-masing tendangan memiliki karakteristik yang berlainan, dari segi gerak maupun efeknya.

Dalam melakukan teknik tendangan, terdapat empat gerakan utama, yaitu:
- Mengangkat lutut;
- Meluruskan kaki;
- Menarik kaki; dan
- Kembali ke posisi awal.
Masing-masing gerakan memiliki efek masing-masing yang akan menentukan evektifitas tendangan.

Dengan uraian gerakkan mengangkat lutut adalah gerakan membidik titik sasaran. Garis lurus yg terbentuk dari pangkal paha ke lutut akan menunjuk ke arah titik sasaran yang diincar. Gerakan mengayun saat mengangkat lutut memberikan kekuatan [power] awal tendangan yang bersenyawa dengan gerakan berikutnya. Gerakan mengangkat lutut yang baik manakala paha dan betis dalam keadaan rapat. Gerakan meluruskan kaki adalah gerakan yang akan memberi efek lecutan saat titik kena menyentuh titik sasaran.

Efektifitas dari tendangan merupakan senyawa dari kekuatan [ayunan], kecepatan [lecutan], dan ketepatan [ke titik sasaran]. Dua gerakan terakhir, menarik kaki dan kembali pada posisi siaga di lakukan untuk melakukan serangan susulan atau antisipasi gerakan lawan. Seperti telah di sebutkan di atas, karena ketepatan tendangan di tentukan oleh ''bidikan lutut'', garis yang di bentuk dari pangkal paha dan lutut harus benar-benar mengarah ke titik sasaran. misalnya titik sasaran pada wajah adalah titk antara dua mata, mata, hidung, dagu, telinga, dan leher.

Bentuk titik sasaran yang ada disesuaikan dengan titik kena. Punggung kaki yang memiliki titik kena yang memanjang cocok digunakan untuk titik sasaran serupa, misalnya pada telinga dan rahang Untuk mencapai titik sasaran pada muka yang relatif lebih sulit, diperlukan latihan yang baik dan benar.
lakukan latihan dibawah pengawasan intruktur/pelatih untuk menghindari cedera otot.

Sejarah singkat : JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI.

Aku ramah bukan berarti takut,
Aku tunduk bukan berarti takluk.

Salam Persaudaraan,
B O X ! !!

Seni Ilmu Olah Raga TARUNG DERAJAT dideklarasikan kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta dikota Bandung pada tanggal 18 Juli 1972, oleh penciptanya yaitu seorang anak bangsa bernama Guru Haji Achmad Dradjat yang memiliki nama julukan dengan sebutan Aa Boxer, dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.

Keberadaan Tarung Derajat tersebut, adalah identik dengan perjalanan dan perjuangan hidup G.H.Achmad Dradjat. Kemudian Kristalisasi nilai-nilai perjuangan hidup pribadinya itu menjadi nama dari Ilmu Pembalaan diri karya ciptanya, yaitu “TARUNG DRADJAT” (Tarung-Bertarung/Pertarungan adalah Berjuang/Perjuangan; Berperang/Peperangan; Berkelahi/ Perkelahian, dan Dradjat atau Darajat adalah nama sendiri ialah Achmad Dradjat Darajat adalah bahasa daerah Sunda yang berarti “Berkah” yaitu: Karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan atau manfaat bagi kehidupan manusia).
Semula Seni Tarung Derajat memiliki nama lengkap sebagai Beladiri AA BOXER (Beladiri Boxer) dengan nama keterangannya Metoda Beladiri Dradjat (Seni Tarung Dradjat), ditulis seperti “Ilmu Beladiri Aa Boxer-Metoda Beladiri Dradjat (Seni Tarung Dradjat) dan semua itu berkaitan dengan nama pribadi dan nama julukannya, ialah Achmad Dradjat alias Aa Boxer.
Perjuangan hidup G.H.Achmad Dradjat dimulai sejak kelahirannya di Garut tahun 1951, yang saat itu kampung kelahirannya sedang diserang oleh Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan Darul Islam (D.I) didaerah Jawa Barat. Kedua orang tua Sang Guru Tarung Derajat, yaitu Haji Adang Latif dan Hajah Mintarsih yang juga keduanya adalah merupakan anggota laskar Pejuang Kemerdekaan di daerah Garut dan kemudian pasca perang kemerdekaan H.Adang Latif terpilih menjadi POLISI ISTIMEWA, nilai-nilai keselamatan dan kesehatan perjuangan hidup tersebut melahirkan sebuah kata yang kemudian diterapkan menjadi nama anak laki-laki harapannya, yaitu DARADJAT atau DRADJAT yang nama lengkapnya, adalah ACHMAD DARADJAT.
Pada usia balita pindah ke kota Bandung mengikuti perjalanan dinas orang tuanya, bertempat tinggal di Tegallega suatu kawasan daerah yang keras dan sangat rawan dengan berbagai macam bentuk kejadian tindak kekerasan. Aa demikian Achmad Dradjat dipanggil dilingkungan keluarganya (Aa adalah panggilan kepada anak laki-laki yang lebih tua atau yang dituakan, berasal dari bahasa sunda) hidup dari lingkungan perjuangan yang keras kedua orang tuanya dan kini dibesarkan pada suatu lingkungan hidup keras lainnya, perkelahian antar kelompok remaja dan pemuda, pemerasan, perjudian, pelacuran, bahkan berbagai organisasi kemasyarakatan social, keagamaan dan politik banyak didapat disekitar kewilayahan tempat tinggalnya termasuk berbagai kegiatan olahraga.
Menyadari keadaan situasi dan kondisi lingkungan seperti itu kedua orang tuanya yang sangat taat beribadah Agama, mendidik dan mengajar Achmad Dradjat dengan dasar-dasar pendidikan Akhlak budipekerti dan pengajaran Agama yang diterapkan sejak masa kecil secara keras, ketat, terarah dan berdisiplin. Dengan bekal ilmu kekuatan hidup diatas tadi, Aa yang sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola, beladiri, mendaki gunung dlsb, mulai memasuki lingkungan kehidupan keras selaras dengan aktifitas hidupnya semasa anak-anak dan keremajaannya yang agresif dan dinamis.
Bagi Achmad Dradjat yang yang sejak anak-anak dianugerahi mempunyai postur tubuh yang lebih kecil bila dibanding dengan anak remaja lainnya yang berusia rata-rata sama, hidup pada lingkungan dan masyarakat heteorogin seperti itu memiliki tantangan tersendiri, namun demikian segala hal yang terjadi mampu diterima secara tulus dan iklas apa adanya sebagai sesuatu yang alamiah. Hal itu disebabkan selain adanya faktor kekuatan yang berasal dari hasil didikan Akhlak Budipekerti dan ajaran Agama, adalah juga kelebihan fisik nya yang pendek kecil tersebut terimbangi dan tertandingi dengan bawaan karakter atau sikap mentalnya yang Keras, Berani dan Ulet didalam menghadapi dan mejawab realita kehidupan sejalan dengan Kodratnya.
Arena hidup demikian, sifat keras, ulet dan pemberani serta hasrat ingin menolong teman yang dimilikinya, kerap membuat Achmad Dradjat mengalami berbagai tindak kekerasan fisik dan bermacam ancaman lainnya. Perkelahian demi perkelahian harus ia lalui, walaupun lebih sering kalah daripada menang namun demikian dirinya tidak pernah jera apalagi kapok untuk berkelahi dimana perlu dan penting berkelahi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menegakan kehormatan dan membela kemanusiaan hingga pada usia 13 tahun, tindak kekerasan dan penganiayaan dan pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok manusia yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab dan dipimpin oleh seorang oknum alat Negara yang juga sebagai pimpinan dari sebuah perkumpulan beladiri, kejadian pengeroyokan itu nyaris merenggut jiwanya.
Pada tindak pengeroyokan yang terjadi malam hari ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa jadi penonton itu tubuh kecil Achmad Dradjat dipaksa dan terpaksa harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup sampai dirinya tidak tahu lagi apa yang sedang dialaminya, dari kenyataan hidup tersebut kiranya hanya karena berkat Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang menghendaki anasib lain, sehingga Achmad Dradjat bisa terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.
Peristiwa penganiayaan lainnya dialami Achmad Dradjat, pada masa sedang berlatih suatu Ilmu Beladiri disebuah perkumpulan baladiri, saat itu dirinya dipaksa oleh seorang anggota senior yang berumur lebih tua dan berbadan jauh lebih besar.
Dengan keterbatasan teknik sebagai anggota yang baru diperkumpulan beladiri tersebut Achmad Dradjat terpaksa harus melakukan perkelahian melawan yang berkemampuan teknik jauh lebih tinggi, seperti halnya masa terjadi pengeroyokan yang lalu dirinya harus mampu bertahan hidup menyelamatkan diri sendiri dari tindakan yang tidak manusiawi itu, walau kejadiannya terjadi disaksikan oleh para senior lainnya bahkan saat itu guru besar beladiri tersebut ada disekitar tempat latihan, namun mereka semua seolah tidak peduli dengan kejadian yang sedang berlangsung dan Achmad Dradjat pun kembali menikmati keadaan dirinya yang teraniaya, dengan beberapa bagian tubuh yang penuh luka memar serta tangisan emosional Achmad Dradjat terus melakukan perlawanan dengan caranya sendiri, dan kemudiaan cara pertahanan diri yang dilakukannya itu didalam proses penciptaan Tarung Derajat dikenal sebagai salah satu prinsip teknik, taktik dan strategi ilmu pembelaan diri Tarung Derajat, yaitu “Bertahan Menyerang, Menyerang Mematikan”, seperti Mengalahkan lawan dengan cara Menahan diri.
Renungan Pengalaman hidup yang pahit dan diderita dengan sabar dan tawakal serta totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, melahirkan Pemikiran yang terang, menumbuhkan Perasaan yang lapang dan membangkitkan Keyakinan dengan ketetapan Hati yang mantap. Dari Imajinasi tersebut mencuat suatu Kreatifitas bahwa pada setiap tindak kekerasan, perkelahian, penganiayaan dan ilmu beladiri yang dilakukan dan menyentuh pada daya gerak otot, otak serta nurani, ada suatu tindak gerak fisik yang serupa, antara lain yaitu memukul, menendang, mengelak, menangkis, membanting, mengunci dlsb. Gerakan tersebut adalah sebagai Hak alamiah yang dimiliki setiap manusia.

Mengenal dan Sejarah Singkat Tarung Derajat

AKU RAMAH BUKAN BERARTI TAKUT
AKU TUNDUK BUKAN BERATI TAKLUK.
SALAM PERSAUDARAAN,
B O X !!!
Olahraga Tarung Derajat merupakan Seni Ilmu Beladiri karya cipta seorang putra terbaik bangsa Indonesia, yaitu Guru Haji Achmad Dradjat atau yang lebih dikenal dengan nama julukan beliau Aa Boxer, sekarang Sang Guru. Daya cipta Olahraga Tarung Derajat adalah merupakan reaksi dan refleksi berbagai tekanan yang menyentuh pada Otot, Otak dan Nurani, seperti tindak kekerasan fisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan, penghinaan dan penguasaan hidup oleh manusia yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Dari renungan pengalaman itu, mencuat pemikiran, perasaan dan keyakinan bahwa pada setiap tindak kekerasan, penganiayaan, perkelahian serta ilmu pembelaan diri ada suatu tindak gerakan fisik yang serupa, yaitu memukul, menendang, menangkis, membanting, menghindar dlsb. Gerakan-gerakan tersebut sesungguhnya adalah hak alamiah yang dimiliki setiap manusia sebagai kelengkapan hidup bawaan lahir yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada segenap mahluk hidup ciptaannya, misalnya Naluri, Insting, dan Garizah (suatu dorongan kuat yang tidak disadari untuk berbuat sesuatu dalam mempertahankan diri atau bertahan hidup).
Fikiran, Rasa dan Keyakinan yang didasari oleh hikmah pengalaman diatas serta karena melekatnya hasil didikan Akhlak budipekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam secara terpelihara sejak masa kecil (hal tersebut adalah merupakan IMAJINASI), membangkitkan Tekad semangat serta Keinginan keras untuk menciptakan pola serta bentuk olah fisik yang tersendiri, khususnya didalam mengolah gerakan-gerakan pukulan, tendangan, tangkisan, hindaran, bantingan, kuncian, dan gerak bertahan menyerang lainnya yang Praktis dan Efektif dalam Mempertahankan dan Menahan Diri, dengan mengembangkan gerak-gerak Reflek alamiah secara Realistis dan Rasional (hal itu disebut KREATFITAS).
Semua itu dilatih secara Keras, Ulet dan Berdisiplin, dilaksanakan dengan terus menerus dan berkesinambungan, menegakkan aturan dan menjalani hukuman latihan yang dibuat sendiri secara Konsisten, Dinamis dan penuh rasa tanggung jawab dengan segala resiko dan konsekwensinya. Proses penempaan fisik-mental dan pengembangan pola gerak seluruh anggota badan dan bagian-bagiannya yang alamiah, pencarian tempat-tempat alami dan arena lainnya yang cocok guna menempa diri serta penggalian Teknik, Taktik dan Strategi serta metoda beladiri yang Akurat dan Bermanfaat, dilakukan dalam menghadapi dan mengatasi sekaligus menjawab tantangan hidup ditengah kerasnya arena kehidupan serta mampu membentengi diri dari perbuatan hidup yang tidak bertanggung jawab dan merusak tatanan kemanusiaan.
Hasil-hasil yang telah dikuasai secara bertahap namun pasti, dipraktekan dalam setiap kesempatan keseharian. Kemudian juga, diambil langkah-langkah tindakan strategis yang tersendiri dalam membandingkan dan mentandingkan dengan seni ilmu beladiri lain (itu adalah KEBERANIAN MORAL). Seluruh rangkaian proses Penempaan diri itu diarahkan pada terciptanya suatu Seni Ilmu Olahraga Beladiri yang memiliki ciri khas dan kemandirian tersendiri yang realistis dan rasional, yaitu Ilmu Bela Diri Reaksi Cepat dengan garakan yang Praktis dan Efektif.
Imajinasi, Kreatifitas dan Keberanian Moral adalah merupakan modal utama dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dan pemberlatihan Diri secara Mandiri (SORANGAN) atau disebut sebagai Konsep Pembinaan Moral dan Mental Guru Haji Achmad Dradjat (MORTAL GHADA), yaitu Lingkup kegiatan Penempaan Fisik dan Mental yang memanfaatkan daya gerak Otot, Otak serta Nurani dilakukan pada upaya menguasai dan menerapkan lima unsure daya gerak Moral Hidup, antara lain: Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan. Pada Sistem Pertahanan dan Ketahanan diri yang agresif dan dinamis dalam bentuk Pukulan, Tendangan, Kibasan, Hindaran, Bantingan, Kuncian, serta teknik, taktik, dan strategi bertahan menyerang lainnya yang Praktis dan Efektif bagi suatu pembelaan diri.
Tarung Derajat dilahirkan sebagai suatu Seni Ilmu Olahraga Beladiri yang berdiri sendiri secara mandiri dengan memiliki Aliran dan wadah tersendiri, tidak berafiliasi kepada aliran dan organisasi beladiri lainnya, baik yang telah ada di Indonesia maupun yang berada diluar Negara Indonesia. Tarung Derajat juga tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain. Tarung Derajat muncul dipermukaan Kehidupan dengan asal usul, riwayat dan sumber tersendiri, yaitu: Digali dari Alam nan luas dengan segala aspek Kehidupannya, yang kemudian diangkat keatas permukaan kehidupan, sebagai hasil Pengalaman dan Renungan Hidup serta Perjuangan nan panjang ditengah kerasnya Kehidupan G.H. Achmad Dradjat alias Aa Boxer yang bersumber kepada Kebesaran dan Keagungan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai satu-satunya unsure pokok dalam membentuk Jati Diri Manusia dan jati diri sesuatu hal lainnya sesuai dengan kehendakNYA.
Keseluruhan proses itu, membentuk Tarung Derajat menjadi Seni Ilmu Olahraga Beladiri yang memiliki ciri khas dan kemandirian tersendiri yang Realistis dan Rasional, yaitu Sistem Pertahanan dan Ketahanan Diri Reaksi Cepat dengan gerakan Praktis dan Efetif. Keutuhan daripada Teknik, Taktik dan Strategi Pembelaan Diri karya cipta G.H.Achmad Dradjat ini mengkristal sebagai suatu “Seni Keperkasaan Moral dan Mental Manusia yang Berhakekat Manusia”.
Tarung Derajat memanfaatkan senyawa daya gerak: Otot (alat untuk menggerakan anggota tubuh dan bagian-bagiannya), Otak (alat untuk berfikir), serta Nurani (alat untuk berperasaan), untuk digunakan terutama pada upaya pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan Hidup, seperti Menghindari tindak kekerasan yang tidak bermoral dan tidak pergaulan umum serta mencegah dan memulihkan penyakit Fisik dan Mental yang menumbuhkan kerusakan pada tatanan Kehidupan diatas muka bumi.
K E S I M P U L A N :
Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT adalah Logika dan Tindakan Moral yang memanfaatkan senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani dalam pelajaran dan pelatihan gerak anggota badan beserta bagian-bagiannya, didalam lingkup proses penempaan fisik dan mental secara realistis dan rasional dalam rangka menguasai dan menerapkan lima unsure daya gerak moral, yaitu: Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan. Pada system mempertahankan dan menahan diri yang agresif dan dinamis dalam bentuk gerakan Pukulan, Tendangan, Hindaran, Kibasan, Bantingan, Kuncian serta Teknik, Taktik dan Strategi bertahan menyerang lainnya yang praktis dan efektif bagi suatu pembelaan diri.
Senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani tersebut berasal dan diperoleh dari didikan akhlak budi pekerti dan ajaran agama yang diterapkan oleh kedua orang tua dan tertanam secara terpelihara sejak masa kecil, dari gerak reflek bawaan tubuh yang alami, dan hasil terapan pengalaman hidup yang dijalani secara totalitas berserah diri kepada Tuhan Sang Maha Pencipta Dan Maha Perkasa. Sebelum senyawa daya gerak Otot, Otak serta Nurani sampai dan melekat pada diri para penekunnya dan digunakan sebagai alat untuk mempertahankan dan menahan diri sendiri, haruslah difikirkan, dirasakan dan diyakini akan keamanan dan keampuhannya.
Untuk menjamin hal itu senyawa tersebut harus melalui serangkaian proses uji tentang; Manfaat, daya serang dan daya tahan serta sifat fisik dan sifat mentalnya, sehingga dapat dibangun pola pendidikan dan latihannya serta bisa ditentukan bentuk teknik, taktik dan strategi Pembelaan Diri yang paling praktis dan efektif untuk diciptakan dan disebarluaskan pada arena kehidupan masyarakat luas, seperti Seni Keperkasaan Diri TARUNG DERAJAT.
Seorang penekun Tarung Derajat yang telah menguasai secara utuh diharapkan mampu mengembangkan diri lebih lanjut secara mandiri agar dapat berperan dalam menerapkan dan mengembangkan potensi diri, penuh prakarsa dan dedikasi serta mampu mengikuti perkembangan ilmu dan keilmuan dalam bidangnya dan menghadapi perubahan lingkungannya, bisa mengatasi kesulitan dan menjawab tatangan hidup yang berlandaskan pada Pokok-pokok Ajaran Tarung Derajat, sehingga pada saatnya atas gerak dari Sang Maha Pemilik dan Maha Penguasa Gerak Hidup yang tiada lain selain Tuhan Yang Maha Esa, akan mampu memelihara KEHIDUPAN secara Selamat dan Sehat, sebagaimana Kodratnya.
Dan sesungguhnya Kehidupan itu pada hakekatnya adalah, merupakan interaksi antara: Manusia dengan Alam semesta, manusia dengan Lingkungannya, manusia dengan manusia lainnya atau Orang lain, manusia dengan dirinya sendiri serta manusia dengan Tuhannya.
- Manusia dengan Alam semesta ada kepentingan yang harus dipadukannya.
- Manusia dengan Lingkungannya ada hal yang harus diserasikannya.
- Manusia dengan Manusia lainnya ada perbedaan yang harus diluruskannya.
- Manusia dengan Dirinya sendiri ada hawa nafsu yang harus dikalahkannya.
- Manusia dengan Tuhannya ada jarak yang selalu harus didekatkannya.
Lima hal tersebut diatas tadi dengan segala kandungan khasiat dan rahasia nya, adalah merupakan bagian yang terpenting dan paling utama daripada isi Pokok-pokok Ajaran Tarung Derajat.

Sekilas Tentang Tarung Derajat - AA BOXER

Tarung Derajat itu adalah logika dan tindakkan moral yang memanfaatkan senyawa otot, otak serta nurani secara realistis dan rasional untuk digunakan dengan praktis dan efektif terutama pada upaya "Pembelaan Diri" dalam lingkup operasi moral antara lain pemeliharaan keselamatan, kesehatan dan kesempatan hidup, seperti : menghormati persamaan hak dan kewajiban dan menghindari tindak kekerasan yang tidak manusiawi dan tidak bermoral, mentaati dan menghormati hukum masyarakat dan adat istiadatnya dalam pergaulan umum dimana mereka satu sama lain saling membutuhkan; pencegahan dan pemulihan penyakit jasmani dan rohani; merebut kehormatan dan membela kemanusiaan serta menebarkan kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan YME.

Senyawa daya gerak otot, otak dan nurani tersebut berasal dan diperoleh dari: Didikan akhlak budi pekerti yang diterapkan oleh kedua orang tua dan ajaran agama yang tertanam sejak semasa kecil secara ketat, terarah dan berdisiplin; dari gerak reflek anggota tubuh dan bagian penting lainnya yang alamiah sebagai bagian dari kelengkapan hidup yang dianugerahkan Tuhan YME. kepada setiap makhluk hidup ciptaannya seperti: insting, naluri dan garizah, yaitu suatu dorongan hati yang sangat "kuat" atau nafsu melakukan tindakkan secara "cepat dan tepat" guna mempertahankan kelangsungan hidup; serta hasil dan terapan pengalaman hidup lainnya dialami sendiri pada kehidupan sehari-hari, seperti kejadian-kejadian hidup yang menyentuh pada nilai-nilai kemanusiaan dan menumbuhkan sikap traumatis (yaitu keadaan jiwa yang mempengaruhi labilnya tingkah laku akibat dari tekanan-tekanan fisik dan mental).

Suatu kehidupan yang keberadaannya dinikmati dengan totalitas berserah diri kepada Sang Yang Maha Pemilik dan pemberinya, menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan itu sendiri antara lain sebagai "imajinasi" yang menumbuhkan "kreatifitas" dan tercipta suatu "keberanian moral" untuk berbuat sesuatu hal guna menjawab dan menyikapi tantangan dan tuntutan hidup yang dihadapi. Imajinasi, kreatifitas dan keberanian moral itulah yang menjadi modal utama penciptaan, pertumbuhan dan pengembangan serta penyebarluasan "Ilmu Olahraga Seni Pembelaan Diri Tarung Derajat" diatas muka bumi.Sebelum senyawa daya gerak otot, otak serta nurani menjadi suatu ilmu Olahraga Seni Bela Diri dan digunakan sebagai alat untuk memelihara kehidupan dimana kehidupan itu pada hakekatnya adalah merupakan interaksi antara: "manusia dengan alam semesta, manusia dengan lingkungannya, manusia dengan manusia lainnya (orang lain), manusia dengan dirinya sendiri serta kaitan manusia dengan Tuhan YME.", maka haruslah dipikirkan, dirasakan dan diyakini akan keamanan, keampuhan dan kemanfaatannya.

untuk menjamin hal itu senyawa tersebut harus melalui proses uji tentang kekhasan (khasiat), daya tahan-daya serang dan daya gempur (teknik, taktik dan strategi bertahan menyerang), sifat ilmu dan keilmuan serta sifat hidup dan kehidupannya. Sehingga dapat ditentukan "sistem dan pola" bela diri yang paling tepat untuk diciptakan dan layak tumbuh serta berkembang di tengah kehidupan masyarakat luas sejalan dan seiring dengan tantangan dan tuntan hidupnya.Pada proses penciptaan, pengembangan dan penyebarluasannya selalu dilakukan pengujian dan pengkajian mutu kualitas untuk menjamin agar ilmu olah raga seni pembelaan diri Tarung Derajat dapat dikuasai oleh para penekun dan pencintanya dengan kualitas terjamin dan dapat disamakan sesuai dengan arahan dan peruntukkannya sejalan dan seiring dengan kodrat hidup yang dipangkunya pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, beragama dan ber-Ketuhanan YME.

berbagai macam cara, upaya dan pengorbanan dilakukan untuk menjadikan Tarung Derajat sebagai ilmu olah raga seni bela diri yang mampu meraih derajat kehidupan yang multi guna yaitu sebagai suatu "seni keperkasaan moral dan mental manusia yang berhakekat manusia", untuk kepentingan tersebut didirikan atau dibentuk suatu wadah antara lain: sebuah perguruan guna melakukan kegiatan-kegiatan hidup Tarung Derajat. Perguruan itu adalah "Perguruan Pusat Tarung Derajat" yang memiliki 5 unsur tugas hidup antara lain, yaitu: Pendidikan, Pelatihan, Penguasaan, Pengendalian dan Pengabdian.Dengan demikian Tarung Derajat bisa menjadi suatu alat untuk memelihara fisik dan mental bermoral. Manusia berhakekat manusia, yang memiliki kesadaran atas peran hidupnya sebagai pemelihara kehidupan di atas muka bumi ini, yang masing-masing pribadi memiliki bidang garapan hidup yang sudah ditentukan sebagai kodrat dan iradatnya.

Semua ini merupakan hasil perjalanan panjang, perjuangan dan kerja keras, kreatifitas yang diiringi tekad semangat serta keinginan keras dan keuletan.Tantangan dan tuntutan pengembangan selanjutnya adalah lebih mengembangkan dan mewariskan Tarung Derajat bagi kepentingan masyarakat luas dan kemanusiaan. Hal ini hanya bisa dilakukan secara lebih profesional dan proporsional dengan manajemen dan kepengurusan yang juga memiliki komitmen untuk berjuang dan kerja keras dan diiringi tekad semangat dan keinginan keras dan keuletan yang sejalan dengan pokok-pokok ajaran Tarung Derajat, yang digali dan diangkat ke permukaan hidup dari suatu kehidupan yang terus bergulir menjadi kehidupan dan kehidupan yang digerakkan oleh Sang Maha Penggerak Kehidupan. Dia yang satu dan hanya satu-satunya Dzat, tiada Tuhan selain Tuhan YME. yang telah memberikan 5 (Lima) unsur daya moral pada Tarung Derajat antara lain yaitu: Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Keberanian dan Keuletan. Amin Ya Robbull'alamin.

dikutip dari Pengantar Sang Guru G.H. Achmad Dradjat pada buku MORTAL GHADA (Moral & Mental Guru H. Achmad Darajat)